Rabu, 11 Desember 2013

REFLEKSI BUDAYA POLITIK


ANAS DAN EPISODE CIKEAS
REFLEKSI BUDAYA POLITIK INDONESIA
Oleh: Burhan*
            Perseteruan Anas Urbaningrum ex ketua umum partai demokrat dengan keluarga Cikeas yang merupakan keluarga presiden Susilo Bambang Yudoyono belum juga terlihat tanda tanda akan berakhir. pintu damai seakan telah tertutup bagi keduanya, malah keadaan semakin memanas setelah penggeledahan rumah Anas oleh KPK dengan alasan mencari alat bukti yang berkaitan dengan kasus Hambalang yang melibatkan dirinya, tindakan itu kemudian dikritik dengan keras oleh kubu Anas terutama dari organisasi PPI (Perhimpunan Pergerakan Indonesia) besutannya. Kritikan tersebut direspon dengan keras pula oleh kubu Cikeas terutama dari kader partai demokrat yang menganggap Anas selalu memojokkan partai Demokrat dalam kasus yang membellut dirinya.
            Perseteruan Anas dan keluarga Cikeas bermula ketika Anas Urbaningrum ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus Hambalang 9 bulan yang lalu. Pihak Anas menuding penetapan dirinya sebagai tersangka atas campur tangan keluarga Cikeas, manuver poltik yang dilakukan keluarga Cikeas tidak lain hanya untuk melengserkan Anas dari tampuk pimpinan partai Demokrat untuk menyelamatkan posisi Cikeas di 2014. Anas pun geram dengan kelakuan Cikeas terhadapnya, dalam pernyataannya Anas mengancam balik terhadap keluarga Cikeas yang dianggapnya telah melengserkannya.
Black Campaign Dan Budaya Politik
            Kampanya gelap menggunakan kekuasaan sudah tidak asing lagi terjadi di Indonesia, iklan-iklan yang dilakukan oleh sebagian penguasa dalam rangka memaparkan program kerjanya merupakan bagian dari black campaign memamfaatkan fasilitas negara. Lebih dari tiu Memamfaatkan kekuasaan untuk menjatuhkan lawan politik melalui cara-cara yang tidak populer juga sering terjadi, bahkan bukanlah hal yang tabu atau di indonesia. Masih melekat dalam ingatan rakyat indonesia terhadap kasus yang menimpa Prof. Dr. Yusril ihza mahendra yang dipaksakan oleh kejaksaan agung untuk menjadi tersangka dalam kasus “SISMENBAKUM” tahun 2008 silam yang pada akhirnya Prof Yusril lolos dari lubangan hitam yang dibikin oleh penguasa, sesungguhnya tindakan itu semata-mata hanya untuk mencegal yusril maju sebagai CAPRES di 2009 lalu, dan itu sukses karena yusril kemudian memundurkan diri dari pencalonan presiden.
            Dalam dunia politik cara-cara demikian untuk mendapatkan kekuasaan adalah hal yang biasa dan menjadi trend tersendiri dikalangan politisi bangsa yang kaya hutang ini. Padahal iklim politik yang tidak sehat mengakibatkan terbengkalainya tugas-tugas negara yang merupakan tujuan fundamintal dari politik itu sendiri, tidak hanya itu permainan politik (political game) yang tidak sehat berpengaruh terhadap penyelenggaraan negara yang dihasilkan oleh proses politik (political process) itu sendiri. Yang perlu diperhatikan adalah budaya Politik yang tidak sehat akan menghasilkan suatu pemerinthan yang tidak sehat pula
            saling menjatuhkan dan hujat menghujat dalam dunia politik adalah hal yang biasa dan merupakan bagian dari politik itu sendiri, seperti pertarungan idiologi dan program kerja yang akan dilaksanakan ketika menang nantinya. Akan tetapi menjatuhkan lawan dengan cara yang tidak sehat dengan menyebarkan fitnah dan sebagainya adalah hal yang tidak bisa dibenarkan dan sangat tidak baaik untuk keberlangsungan bangsa dan negara dimasa depan, mengingat politik merupakan aspek penentu arah dan tujuan suatu bangsa. Kalau kita membaca pembukaan UUD 1945 maka akan terlihat politik suatu negara, dimana dalam pembukaan (preambule) UUD 1945 mengandung tujuan dan maksud kemerdekaan bangsa indonesia.
Politik Dan Masa Depan Indonesia
            Membangun budaya politik yang sehat  dalam rangka good government building merupakan prasyarat yang tidak bisa ditinggalkan, karena hanya dengan budaya politik yang sehat negara bisa menciptakan keadaan yang kondusif pula dalam segala aspek kehidupannya. Seperti yang penulis katakan diatas bahwa politik merupakan aspek penentu arah dan tujuan suatu bangsa sehingga apabila aspek itu rusak maka rusak pula sesuatu yang dihasilkan olehnya.
Perseteruan kedua tokoh politik ini Anas dan SBY bersama Demokratnya memperlihatkan kepada kita bahwa betapa jelleknya budaya politik Indonesia, padahal seperti yang dijelaskan oleh C.F. Strong ketika membahas filosofi poltik bangsa Romawi beliau mengatakan antara politik dan etika tidak bisa dipisahkan keduanya haruslah berjalan beberiringan, sehingga apabila politik tampa etika maka akan rusak tatanan bangsa dan negara ini.
            Sebagai rakyat indonesia tentunya kami berharap perseteruan keduanya tidak sampai mengurbankan kepentingan bangsa dan negara yang merupakan alasan mereka untuk naik kepanggung politik dan ikut serta dalam perebutan kursi RI 1. Budaya politik Negeri paman sam mungkin bisa dijadikan contoh para politisi bangsa ini yang mempunyai kecendrungan kebarat-baratan, ketika Jhon Mccain kalah di pilpres amerika Jhon Mccain langsung berucap “jika kemarin anda lawan sekarang anda lawan” alangkah indahnya jika politisi bangsa ini menunjukkan kenegarawanannya seperti Jhon Mccain tadi.
*Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyyah Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar